The Prolific Variation, Body Morphometrics, and Breeding Value of Indonesian Local Etawah Goat Based in East Java

Mudawamah 1*, Gatot Ciptadi 2 and Irawati Dinasari Retnaningtyas 1
1 Faculty of Animal Husbandry, University of Islam Malang, Jl. MT Haryono 193 Malang
2 Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University of Malang, Jl. Veteran Malang
* Corresponding email: mudawamah@unisma.ac.id
Abstract
.
A crucial trait of a high economic value of goats is calving to more than one kid (prolificacy potency). The high prolificacy potency (> 1 kid) has a higher income compared to single kids. This study described the potential of Indonesian Local Etawah Goat (ILEG) for prolific trait and the morphometric of body and breeding values in various environments as a basis for selection. It involved smallholder farmers who breed ILEG does from 14 villages in East Java. The research was conducted on a field survey to obtain primary data about the phenotypic superior ILEG goats based on the
status of the prolific trait. The study used 520 does with 1347 prolific records obtained. The results showed that the prolificacy values ranged from 2.12 – 1.42 heads/calving
(medium to high category). The variation of prolificacy was 0.53, and the breeding values of the prolificacy trait were 1.48 – 1.74. The average of body morphometrics was varied with the following details. Chest circumference was 81.06 + 4.63 cm, body length was 76.64 + 4.33 cm, shoulder height was 75.34 + 5.83 cm and ear length were 27.44
+ 3.02 cm. This study concluded that the prolific rate was medium to high category. The
prolific variation was higher than body morphometry variation, and the prolificacy EBVs of breeding villages divided into four unique pattern boxplots. The prolific trait could be the basis for new considerations in the ILEG breeding program, either through selection or mating.
Keywords : doe, village breeding center, productivity

Perbedaan Exercise dan Pemeliharaan terhadap Waktu Tempuh dan Kecepatan Lari Sapi Karapan

Differences of Exercise and Maintenance of Racing Cattle on Mileage and Running Speed

A. K. Rahman, M. Mudawamah* dan S. Susilowati

Fakultas Peternakan Universitas Islam Malang, Jl. MT Haryono 193 Malang

* Corresponding e-mail : mudawamah@unisma.ac.id

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine mileage and running speed of racing cattle with the differences in exercise and maintenance in Bulangan Branta Village, Pegantenan District, Pamekasan Regency. The method used a case study and purposive sampling with criteria of racing type, Madura cattle, bulls aged 2-3 years. The research consisted of two treatment groups, namely group one (K1) with exercise (frequency) and maintenance (bathing, drying, massage and giving herbs) which were different from group two (K2), with a total of 20 cows. The variables observed were mileage and running speed which were calculated based on the same distance traveled, 222 m. The data analysis used was the independent t-test using Ms. Excel. The results indicated that the average mileage for K1 cattle was 18.4 seconds and that for K2 was 20.8 seconds. Meanwhile, the average running speed of the K1 was 12.03 m / sec and the K2 races were 10.69 m / sec. The conclusion is that the mileage and running speed of racing bull was higher significantly different in K1 (exercise) than K2 (maintanance).

Key words: exercise, maintenance, Madura cattle

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan terhadap waktu tempuh serta kecepatan lari dengan perbedaan exercise dan pemeliharaan pada sapi karapan di desa Bulangan Branta Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus dengan pengambilan sampel purposive sampling dengan kriteria sapi Madura jantan tipe karapan dengan umur 2-3 tahun. Materi penelitian terdiri dari dua kelompok perlakuan yaitu kelompok satu (K1) dengan exercise (frekuensi) dan pemeliharaan (memandikan, penjemuran, pemijatan dan pemberian jamu) yang berbeda dengan kelompok dua (K2), dengan total sapi 20 ekor. Variabel yang diamati adalah waktu tempuh dan kecepatan lari yang dihitung berdarkan jarak tempuh yang sama yaitu 222 m. Analisis data yang digunakan ialah independent t test menggunakan Ms. Excel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rataan waktu tempuh sapi karapan K1 adalah 18,4 detik dan sapi karapan K2 adalah 20,8 detik. Rataan nilai kecepatan lari sapi karapan K1 ialah 12,03 m/detik dan sapi karapan K2 ialah 10,69 m/detik. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa rataan nilai waktu tempuh dan kecepatan lari sapi sangat berbeda nyata antara sapi karapan K1 (exercise) terhadap sapi karapan K2 (maintanance).

Kata kunci: exercise, pemeliharaan, sapi Madura

The Prolific Variation, Body Morphometrics, and Breeding Value of Indonesian Local Etawah Goat Based in East Java

Mudawamah 1, Gatot Ciptadi 2 and Irawati Dinasari Retnaningtyas 1
1. Faculty of Animal Husbandry, University of Islam Malang, Jl. MT Haryono 193 Malang
2. Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University of Malang, Jl. Veteran Malang
*Corresponding email: mudawamah@unisma.ac.id

Abstract. A crucial trait of a high economic value of goats is calving to more than one kid (prolificacy potency). The high prolificacy potency (> 1 kid) has a higher income compared to single kids. This study described the potential of Indonesian Local Etawah Goat (ILEG) for prolific trait and the morphometric of body and breeding values in various environments as a basis for selection. It involved smallholder farmers who breed ILEG does from 14 villages in East Java. The research was conducted on a field survey to obtain primary data about the phenotypic superior ILEG goats based on the status of the prolific trait. The study used 520 does with 1347 prolific records obtained. The results showed that the prolificacy values ranged from 2.12-1.42 heads/calving (medium to high category). The variation of prolificacy was 0.53, and the breeding values of the prolificacy trait were 1.48-1.74. The average of body morphometrics was varied with the following details. Chest circumference was 81.06 + 4.63 cm, body length was 76.64 + 4.33 cm, shoulder height was 75.34 + 5.83 cm and ear length were 27.44 + 3.02 cm. This study concluded that the prolific rate was medium to high category. The prolific variation was higher than body morphometry variation, and the prolificacy EBVs of breeding villages divided into four unique pattern boxplots. The prolific trait could be the basis for new considerations in the ILEG breeding program, either through selection or mating.
Keywords: doe, village breeding center, productivity

Abstrak. Salah satu sifat yang krusial dan bernilai ekonomi tinggi pada kambing adalah kemampuan melahirkan lebih dari satu anak (potensi prolifik). Potensi prolifik yang tinggi (> 1 anak) memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak tunggal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi kambing Peranakan Etawah (PE) pada sifat prolifik dan morfometri tubuh serta nilai pemuliaan (EBV) di
berbagai lingkungan sebagai dasar seleksi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka penelitian ini melibatkan peternak rakyat yang membudidayakan PE yang berasal dari 14 wilayah pembibitan kambing di peternakan rakyat di Jawa Timur. Penelitian dilakukan dengan survei lapangan untuk mendapatkan data primer tentang fenotipe kambing PE unggul berdasarkan status sifat prolifiknya. Penelitian ini menggunakan 520 induk dengan 1.347 catatan prolifik. Hasil penelitian menunjukkan nilai prolifik berkisar antara 2,12-1,42 anak/kelahiran (kategori sedang sampai tinggi) dengan rerata variasi prolifik 0,53 dan EBV sebesar 1,48-1,74. Rataan morfometri tubuh adalah bervariasi dengan rincian berikut. Rataan lingkar dada sebesar 81,06 + 4,63 cm,
panjang tubuh adalah 76,64 + 4,33 cm, tinggi pundak adalah 75,34 + 5,83 cm dan panjang telinga adalah 27,44 + 3,02 cm. Kesimpulan dari penelitian ini adalah rataan prolifik kambing PE termasuk kategori sedang sampai tinggi. Variasi prolifik adalah lebih tinggi dibandingkan dengan morfometri tubuh dengan profil EBV prolifik terbagi empat pola unik boxplot. Sifat prolifik berpotensi menjadi dasar pertimbangan baru dalam program pemuliaan kambing PE baik melalui seleksi maupun perkawinan.
Kata kunci: Induk, village breeding center, productivitas

Profil Stres pada Induk Kambing Peranakan Ettawah (PE) Pasca Melahirkan

Stress Profile of Peranakan Ettawah (PE) Goat in Post Parturition

S. Ali, Mudawamah, dan Sumartono
Program Studi Peternakan, Program Magister Pascasarjana, Universitas Islam Malang
Jl. MT Haryono no. 193, Malang 65144
Corresponding email: mudawamah@unisma.ac.id

ABSTRACT

This study investigated the stress profile of Indonesian Local Ettawah Goat (ILEG) does with twin dan single kidding post parturition based on physiological conditions (rectal temperature, pulse dan respiration) as well as the blood components including leukocytes, neutrophils dan lymphocytes. The method was an experimental method with samples from 22 does of aged 2-3 years. Examined data were the profile stress included rectal temperature, pulse dan respiration dan blood collection in post-kidding does with a vulnerable time of 1-4 hours. Blood component analysis were leukocytes, neutrophils dan lymphocytes used Nihon Kohden Celltac a MEK blood test equipment with Isotonic 3 reagent dan using the Electronic Impedance (Focused flow Impedance)
method. Data analysis used unpaired t-test with the SPSS 16.0 software. The results showed the stress profile of does with single kidding post parturition was significantly different (P < 0.01) than does of twin kidding.The highest-profile stress was twin kidding does with the rectal temperature reaching 43,17C, pulse 97,27 times/minute dan respiration 64.1 times/minute, leukocytes 37,858 cells μL, dan the differentiation of neutrophils dan lymphocytes 5.4%. This study concluded that the stress profile dan blood component of does with single kidding were lower than twin kidding does. Further research about antistress herbal supplement relations with the stress profile between single kidding dan twin kidding does.
Key words: rectal temperature, pulse, respiration, leukocytes

Identifikasi Total Protein Dan Fraksi Protein Induk Kambing Peranakan Ettawah Beranak Kembar Dan Tunggal

Identification of Protein Total and Protein Fraction in Indonesian Local
Ettawah Goats with Twinning And Single Kidding

Gusfarisa Rafika Putri 1) , Mudawamah Mudawamah 1)* , Sumartono 1)
1) Magister Peternakan, Program Pascasarjana, Universitas Islam Malang, Jalan Tata Surya, Dinoyo, Lowokwaru, Dinoyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia 65144

*Corresponding author: mudawamah@gmail.com

Submitted 10 January 2020, Accepted 11 February 2020

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi total protein dan fraksi protein (albumin dan globulin) serum darah induk kambing Peranakan Ettawah (PE) beranak kembar dan tunggal. Penelitian ini dilakukan menggunakan serum darah induk kambing PE beranak tunggal dan kembar dengan membagi dalam 2 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 6 ekor kambing. Sampel serum diisolasi dari whole blood. Whole blood diambil melalui vena jugularis kambing PE. Separasi serum induk kambing PE dilakukan menggunakan total protein, albumin, dan globulin menggunakan metode spektofotometri, kemudian data dianalisa menggunakan uji unpaired t-test melalui software SPSS.16 untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Berdasarkan penelitian, didapatkan hasil total protein kelompok induk kambing beranak kembar berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi 31,68% dibanding kelompok induk kambing
beranak tunggal. Kadar albumin kelompok induk kambing beranak kembar berbeda sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi 21,43% dibandingkan dengan beranak tunggal. Kadar globulin kelompok induk kambing beranak kembar berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi 26,89% dibandingkan dengan beranak tunggal. Total protein dan fraksi protein (albumin dan globulin) lebih tinggi pada induk beranak kembar dapat membantu perkembangan anak dapat maksimal. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu induk kambing beranak kembar memiliki aktivitas metabolisme yang lebih tinggi dilihat dari konsentrasi total protein dan fraksi protein. Implikasi dari penelitian ini adalah pemberian pakan pada induk beranak kembar perlu ditingkatkan minimal 32 % sejak awal kebuntingan dibandingkan dengan induk beranak tunggal.

Kata kunci: Induk, total protein, globulin, albumin

TANTANGAN PENDIDIKAN TINGGI SWASTA DALAM PENYIAPAN SUMBER DAYA PETERNAKAN YANG TANGGUH DAN MANDIRI

Ketua bidang Usaha (Pendidikan & Non Pend.) Yayasan UNISMA
Dosen Pascasarjana Fakultas Peternakan UNISMA Malang
Jl. MT Haryono 193 Malang
email: mudawamah@unisma.ac.id

ABSTRAK

Perubahan secara signifikan ini salah satu indikatornya adalah adanya revolusi Industri
4.0 yang ditandai dengan automatisasi dan digitalisisasi industri ditambah dengan pandemi Covid-19. Kondisi ini memaksa perubahan cepat tatanan masyarakat dari suka berkumpul dan berkomunikasi langsung menjadi berjarak (physical distancing dan social distancing), bermasker serta komunikasi tidak langsung secara online. Keadaan ini akan merubah kebutuhan tenaga kerja atau sumber daya manusia sehingga dibutuhkan langkah antisipatif yang harus dilakukan di semua lini pendidikan termasuk pendidikan tinggi swasta. Tujuan dari makalah ini adalah menguraikan tantangan pendidikan tinggi swasta di revolusi industri 4.0 dan kampus merdeka dalam penyiapan sumber daya peternakan yang tangguh dan mandiri agar mampu berkontribusi
dalam akselerasi kemajuan bidang Peternakan bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tantangan ke depan di dunia revolusi industri 4.0, kampus merdeka dan New Normal adalah mencetak sumber daya manusia yang tidak bisa ditandingi oleh tenaga kerja robot. Penyiapan sumber daya peternakan yang kreatif dan inovatif serta berkarakter baik, mampu melakukan interaksi sosial dengan kecerdasan emosi, familiar dengan dunia digital dan Internet of Think serta profesional di bidang peternakan dan cinta tanah air harus mampu dituangkan secara cermat dalam kurikulum. Kurikulum tersebut harus mempunyai keunggulan spesifik bidang
peternakan yang berbeda dengan pendidikan tinggi lain sesuai visi misi “the founders” diikiti biaya seefisien mungkin dengan outcome yang berkualitas sehingga mampu berkompetensi dengan pendidikan tinggi lain dalam perekrutan mahasiswa baru. Disamping itu juga perluasan jaringan dengan alumni, dunia industri peternakan dan perguruan tinggi peternakan lain baik di dalam negeri dan di luar negeri dalam implementasi kampus merdeka.

Kata Kunci: pendidikan, kurikulum, kreatif, karakter, peternakan

Pengurus Yayasan UNISMA Meninjau Usaha Non Pendidikan Mini Market dan Ruang VIP Al Khaibar

Di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia, maka terjadi berbagai perubahan protokol tatanan masyarakat termasuk dalam dunia usaha non pendidikan.   Perubahan protokol dari PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) ke protokol New Normal di Malang Raya harus disambut dengan baik guna menggerakan bidang usaha non pendidikan lebih berdaya saing dan kompetitif.

Untuk memberikan motivasi dan penguatan manajemen pengelolaan bidang usaha non pendidikan maka dilakukan kunjungan  lapangan ke bidang usaha non pendidikan yaitu kunjungan Ruang Wakaf Produktif Al Khaibar I di RSI UNISMA dan Mini Market Al Khaibar di dekat kampus UNISMA pada tanggal 13 Juni 2020.

Kegiatan kunjungan ke salah satu Usaha Yayasan Non Pendidikan di Gedung Wakaf Produktif Al Khaibar I di RSI Unisma, mulai dari sebelah kanan berturut-turut adalah Bapak Drs. KH. Zawawi M, SH. (Ketua Bidang Sarpras dan Aset Pengurus Yayasan), dr. Tri Wahyu S, M.Kes. (Direktur RSI UNISMA), Drs. KH. Ali Ashari, M.Pd. (Ketua Bidang SDM dan Keagamaan Pengurus Yayasan), Dr. Ir. Hj. Mudawamah, M.Si., IPM. (ketua Bidang Usaha Pendidikan dan Non Pendidikan Yayasan UNISMA), Hj. Maslichah, SE., M.Si.,Ak.CA. (Bendahara Yayasan UNISMA), Dr. H. Mustangin, M.Pd. (Sekretaris Yayasan UNISMA).

Kegiatan kunjungan ke salah satu Usaha Yayasan Non Pendidikan yaitu Mini Market Al Khaibar I sebelah barat kampus Unisma, mulai dari sebelah kanan yaitu Prof. Dr. H. Yaqub Cikusin, M.Si (Ketua Umum Yayasan UNISMA), Dr. Ir. Hj. Mudawamah, M.Si., IPM. (ketua Bidang Usaha Pendidikan dan Non Pendidikan Yayasan UNISMA), Hj. Maslichah, SE., M.Si.,Ak.CA. (Bendahara Yayasan UNISMA), Drs. KH. Ali Ashari, M.Pd. (Ketua Bidang SDM dan Keagamaan Pengurus Yayasan), Bapak Drs. KH. Zawawi M, SH. (Ketua Bidang Sarpras dan Aset Pengurus Yayasan, Dr. H. Mustangin, M.Pd. (Sekretaris Yayasan UNISMA)

sumber : http://yayasanunisma.org/berita-299-pengurus-yayasan-unisma-meninjau-usaha-non-pendidikan-mini-market-dan-ruang-vip-al-khaibar.html

Dr. Hj.MUDAWAMAH, M.Si SABET PENGHARGAAN SEBAGAI PENAMPIL TERBAIK HASIL RISET PUPT

MALANG. Jumat, 26/02/2016, dosen Universitas Islam Malang, atas nama Dr. Hj. Mudawamah, M.Si meraih penghargaan sebagai penampil terbaik dalam presentasi hasil Riset Terapan Unggulan Perguruan Tinggi. Acara yang berlangsung di hotel Savana tersebut dihadiri oleh 100 lebih peneliti dari seluruh Indonesia yang memaparkan hasil temuannya dalam skim Penelitian Hibah Bersaing (PHB) dan Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT).

Dosen Fakultas Peternakan Unisma tersebut memaparkan hasil temuannya dengan judul Sustainable Farm Breeding and Reproduction of PE Goats based on Prolific Genes. Dosen yang banyak meneliti tentang burung kenaridan sudah melanglang buana untuk mempresentasikan hasil temuan penelitiannya tersebut menyisihkan puluhan dosen dari perguruan tinggi lain yang mempresentasikan hasil PUPT nya. Pada sesi tersebut tampil delapan dosen Unisma yang mempresentasikan hasil temuannya. Lima presentasi skim PHB dan tiga presentasi skim PUPT.

Skim PUPT dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian Kemristekdikti mengingat belum termanfaatkannya secara optimal dan terpadu potensi dan ketersediaan sumber daya manusia di perguruan tinggi dalam memenuhi kebutuhan pembangunan lokal dan nasional. Sementara skim PHB dilaksanakan sebagai salah satu model penelitian kompetitif yang tergolong dalam kelompok penelitian mandiri yang lebih diarahkan untuk menciptakan inovasi dan pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi Sains (Ipteks)-Sosial Budaya (Sosbud) atau penelitian terapan. (AA)

sumber : http://unisma.ac.id/en/dr-hj-mudawamah-m-si-sabet-penghargaan-sebagai-penampil-terbaik-hasil-riset-pupt/

Variasi Fenotipe, Korelasi Dan Regresi Morfometri Calon Induk Kelinci Di Desa Nongko Sewu Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang

Phenotype Variation, Correlation And Regression Of Morphometry Traits In Rabbit
Doe Candidate At Nongko Sewu , Tumpang, Malang District

Deni Sartika 1 , Mudawamah 2 dan Oktavia Rahayu Puspitarini 3
1,2,3
Fakultas Peternakan, Universitas Islam Malang
Jl. MT. Haryono 193 Malang
Corresponding author: mudawamah@unisma.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan variasi fenotipe, korelasi dan regresi fenotipe
morfometri pada berbagai bangsa calon induk kelinci di Desa Nongko Sewu Tumpang Malang. Penelitian ini menggunakan ternak kelinci calon induk berumur 9 bulan yang terdiri dari kelinci New Zealand White (NZW) 14 ekor, Flamish Giant (FG) 20 ekor dan kelinci Lokal (L) 20 ekor. Peralatan penelitian terdiri dari alat ukur dalam satuan centimeter, timbangan, keranjang tempat kelinci dan alat recording untuk menulis dan dokumentasi gambar. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu bobot badan (BB), dan ukuran tubuh (lingkar dada atau LD dan panjang badan atau PB). Data yang diperoleh ditabulasikan dalam bentuk table dan dianalisis dengan korelasi dan regresi sederhana melalui software SPSS version 16.0. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi fenotipe, korelasi dan regresi morfometri pada berbagai bangsa calon induk kelinci adalah bernilai positif. Rataan dan variasi fenotipe pada morfometri LD dari berbagai induk kelinci adalah 24,36 ± 0,82 cm dan 0,67 (NZW); 22,98 ± 0,79 cm dan 0,62 (FGL); 21,65 ± 2,26
cm dan 5,11 (L). Rataan dan variasi fenotipe pada morfometri PB dari induk kelinci adalah 27,32 ± 0,91cm dan 0,82 (NZW); 25,00 ± 0,65 cm dan 0,42 (FGL); 22,15 ± 1,48 cm dan 2,19 (L). Rataan dan variasi fenotipe pada sifat BB dari berbagai induk kelinci adalah 2,46 ± 0,31 kg dan 0,10 (NZW); 2,40 ± 0,15 kg dan 0,02 (FGL); 1,96 ± 0,16 kg dan 0,03 (L). Korelasi dan koefisien determinasi hubungan antara BB (Y) dengan PB (X) adalah 0,053 dan -0,231 (NZW); 0,158 dan -0,398 (FGL); 0,198 dan 0,445
(L). Korelasi dan koefisien determinasi hubungan antara BB (Y) dengan LD (X) adalah 0,105 dan 0,324 (NZW); 0,007 dan -0,086 (FGL); 0,038 dan 0,196 (L). Hasil uji regresi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara BB dengan PB dan BB dengan LD kecuali pada calon induk L yaitu hubungan nyata (P < 0,05) antara BB (X) dan PB (Y) dengan persamaan regresi Y=0,906+0,048X. Kesimpulan variasi fenotipe LD dan PB calon induk kelinci L paling tinggi dibandingkan dengan calon induk kelinci NZW
dan FGL, sedangkan variasi fenotipe BB paling tinggi pada calon induk NZW. Nilai korelasi dan determinasi hubungan sifat morfometri pada calon induk NZW, FGL dan L kategori sangat rendah sampai rendah keeratannya. Bobot badan calon induk kelinci Lokal bisa diduga dari panjang badan dengan persamaan regresi BB=0,906 + 0,048 PB.
Kata Kunci : Bobot badan, Ukuran tubuh, Kelinci

 

ABSTRACT

This research aimed to determine the phenotype variation, study and analyze the relationship of morphometric phenotypes in various rabbit breeders at Nongko Sewu, Tumpang, Malang District. Candidate Rabbit breeds were nine months old with three breeds contained 14 heads of New Zealand White (NZW) 20 Flamish Giant (FG) and 20 Local (L). The research used a case study method with morphometry measurements included body weight (BW) and body measurement (chest circumference or CC and body length or BL). Data obtained was tabulated and than analyzed with correlation and regression by SPSS software version 16.0. Based on the results of the study showed phenotype variation, correlation and regression of morphometric trait in various rabbit breeds were positive. The average and phenotype variations of CC were 24.36 ± 0.82 cm and 0.67 (NZW); 22.98 ± 0.79 cm and 0.62 (FGL); 21.65 ± 2.26 cm and 5.11 (L). The average and phenotype variations of BL were 27.32 ± 0.91 cm and 0.82 (NZW); 25.00 ± 0.65 cm and 0.42 (FGL); 22.15 ± 1.48 cm and 2.19 (L). The average and phenotype variations of BB were 2.46 ± 0.31 kg and 0.10 (NZW); 2.40 ± 0.15 kg and 0.02 (FGL); 1.96 ± 0.16 kg and 0.03 (L). The correlation and determination coefficient of the relationship between BW (Y) and BL (X) were 0.053 and -0.231 (NZW); 0,158 and -0,398 (FGL); 0,198 and 0,445 (L). The correlation and coefficient of determination of the relationship between BW (Y) and CC (X) were 0.105 and 0.324 (NZW); 0.007 and -0.086 (FGL); 0.038 and 0.196 (L). Regression analysis showed no relationship between BW with BL and BW with CC except L breed. The relationship (P <0.05) between BB (X) and BL (Y) with a regression equation Y = 0.906 + 0.048 X. Phenotype variation of CC and BL of Local breed was highest compared to NZW and FGL, while the phenotype variation of BB was highest in the NZW. The relationship of morphometric traits of NZW, FGL and L was a low category. Candidate doe of Local Rabbits can predict body weight through body length with a regression equation BW =
0.906 + 0.048 LB.

Key Word : Body weight, Body measurement, Rabbit

Minuman Sayang Putih Alami Menjaga Imunitas Tubuh di New Normal

Oleh: Dr Ir Mudawamah MSi IPM*

MINUMAN sayang putih alami, saya istilahkan demikian karena minuman ini berwarna putih alami dan hanya bisa dihasilkan oleh individu betina mamalia yang sudah berkasih sayang diikuti dengan lahirnya keturunan (anak), tanpa melahirkan anak maka minuman tersebut tidak bisa diproduksi.  Secara umum minuman sayang putih alami disebut dengan air susu.

Minuman sayang putih alami selanjutnya penulis mengistilahkan dengan minuman sayang atau air susu merupakan minuman bernutrisi tinggi umumnya dikenal oleh masyarakat Indonesia dihasilkan oleh sapi/kambing. Air susu dihasilkan  oleh empat kelenjar susu yang terdapat pada ambing ternak betina. Susu telah dinikmati masyarakat sebagai minuman yang bernutrisi tinggi sejak ribuan tahun yang lalu. Susu merupakan sumber protein hewani yang mengandung ratusan asam amino, vitamin A, dan kaya akan kalsium dan fosfor yang sangat baik untuk kesehatan, pencegahan penyakit, pertumbuhan dan kekuatan tulang.

Kandungan Nutrisi

Kandungan air susu sapi segar untuk 1 cup (244 gram) mengandung 146 kalori, 8 gram protein, 8 gram lemak, kalsium 28% dari recommended dietary allowance (RDA), Vitamin D 24% ari RDA, riboflavin (B2) 26% dari RDA, vitamin B12 18% dari RDA, kalium 10% dari RDA, fosfor 22 % dari RDA, Selenium 13% dari RDA. Keistimewaan susu yang tidak terdapat di berbagai bahan makanan lain adalah kandungan kalium, kalsium dan vitamin D.  Di samping itu air susu juga mengandung antioksidan (sumber vitamin A, magnesium, besi dan tiamin (B1)). Air susu secara umum merupakan sumber protein yang sangat berkualitas karena mengandung ratusan asam amino termasuk conjugated linoleic acid (CLA) dan lemak omega-3 yang sangat banyak manfaatnya bagi kesehatan termasuk mengurangi resiko diabetes dan jantung.

Kandungan susu kambing lebih tinggi dibandingkan susu sapi  pada komponen berikut:  jumlah CLA yang memainkan peran penting dalam stimulasi kekebalan tubuh, promosi pertumbuhan, dan pencegahan penyakit. Efek paling penting dari protein susu kambing adalah efek penyembuhannya terhadap alergi susu sapi, alergi makanan yang paling umum, yang menyebabkan banyak kematian pada bayi. Selain itu, rasio β-casein / αs1-casein (70% / 30%) dari protein susu kambing mirip dengan susu manusia sehingga lebih mudah dicerna dibandingkan dengan susu sapi dalam kaitannya dengan sensitivitas yang lebih tinggi dari β-casein terhadap enzim protease. Laktosa adalah karbohidrat utama dari semua jenis susu, dan kandungannya dalam susu kambing lebih rendah daripada susu sapi.

Sebaliknya, susu kambing yang kaya akan oligosakarida penting dalam fungsi protektif flora usus terhadap patogen dan dalam perkembangan otak dan sistem saraf. Selain bioavailabilitas mineral dalam susu kambing lebih tinggi daripada mineral dalam susu sapi. Kandungan vitamin A yang lebih tinggi mungkin merupakan perbedaan paling penting di antara vitamin lain dalam susu kambing dibandingkan dengan susu sapi.  Mempertimbangkan jutaan kematian anak setiap tahun yang disebabkan oleh kekurangan vitamin A, susu kambing adalah sumber yang sangat penting.

Minuman yang Terdapat dalam Al-Qur’an dan Pilihan Rasulullah SAW

Dalam agama Islam, susu merupakan minuman yang halal di konsumsi dan merupakan salah satu minuman yang ada di dunia juga  dijanjikan ada di surga.  Sebagaimana tercantum dalam QS Muhammad ayat 15 yang artinya (Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah atau surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?

Kisah Rasulullah Nabi Muhammad SAW lebih memilih air susu daripada arak yang segar tertuang telah diceritakan dalam kitabnya Ahmad Ad-Dardiri Ala Qishshati Mi’raj sebagai berikut: bahwasanya Rasulullah SAW dalam perjalanannya setelah menjalankan sholat bersama para Nabi di Baitul Maqdis merasa sangat haus. Sebelum ia ucapkan keadaannya tiba-tiba Malaika Jibril telah datang dengan membawa dua cawan yang berisi susu dan arak yang segar.  Nabipun segera mengambil cawan yang berisi susu dan meminumnya, seraya Jibril berkata “Kau mengambil yang benar”. Andaikan Kau ambil arak pastilah umatmu kelak akan hidup dalam kesesatan.’ Diriwayatkan pula dari sebagian perawi bahwa Jibril datang dengan membawa tiga macam minuman yaitu air susu, madu dan khamar.

Pilihan Rasulullah SAW terhadap air susu adalah pilihan yang tepat. Karena air susu adalah minuman yang bernutrisi tinggi  dan bersih yang sangat cocok untuk makhluk hidup,  diperkuat oleh QS. An-Nahl ayat 66 yang artinya:

“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.”

Minum air susu merupakan anjuran  Nabi Muhammad SAW yang tersirat dalam hadist At Thayalisi dan Al Haitsami dalam At Ta’bir 2008 sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla ketika menurunkan penyakit pasti juga menurunkan obatnya, kecuali penyakit tua. Lalu hendaklah kalian meminum air susu sapi, karena ia terkumpul dari berbagai macam tumbuhan” (HR At-Thayalisi 368, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 518).

“Minum air susu sebelum tidur itu fitrah” (HR Al-Haitsami dalam At Ta’bir 2008, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 2207).

Minuman sayang berwarna putih alami atau biasa disebut air susu merupakan sumber protein yang dianjurkan dikonsumsi sejak masa kanak-kanak hingga dewasa (kecuali individu yang mempunyai intolerance lactose atau tidak mampu mencerna laktose yang ada dalam susu, ditandai dengan diare jika minum air susu).

Air susu merupakan minuman komplementer atau pelengkap yang mudah dicerna, praktis dan ekonomis, bisa membantu melengkapi kecukupan gizi pada semua usia setiap harinya karena mengandung beragam nutrisi, termasuk vitamin, mineral, protein, lemak sehat, dan antioksidan. Kebutuhan air susu per hari adalah sekitar 15-20% dari makanan dan minuman yang dikonsumsi tubuh.

Referensi:
Nazli Turkmen 2017.  Nutrients in Dairy and their implications on health and disease.  Chapter 35 – The Nutritional Value and Health Benefits of Goat Milk Components. Elsevier Publisher.  pp 441-449. 

*Penulis adalah Ketua Bidang Usaha Yayasan UNISMA dan Dosen Program Sarjana dan Pascasarjana Fakultas Peternakan UNISMA.

sumber : https://duta.co