EKSPRESI GEN TYROSINASE (TYR) TERHADAP SIFAT KUALITATIF DAN SIFAT KUANTITATIF PUYUH (Cortunix cortunix japonica)

The Tyrosinase Gene (TYR) Expressions on Qualitative and Quantitative Traits of Quails (Cortunix cortunix japonica)
Fitriyah1), Mudawamah*1), Sumartono 1)
1) Program Magister Peternakan Universitas Islam Malang, Jl. MT Haryono 193 Malang
*Corresponding Author : mudawamah@unisma.ac.id

Submitted 22 Desember 2021, Accepted 30 Desember 2021

ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh sifat kualitatif warna bulu terhadap sifat kuantitatif serta hubungan antara gen TYR dengan sifat kualitatif dan kuantitatif puyuh Cortunix cortunix japonica. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik. Materi yang digunakan adalah 222 ekor puyuh Cortunix cortunix japonica yang dipelihara di Pasuruan. Pengamatan ekspresi gen TYR melalui analisa qPCR sebanyak 21 sampel dengan primer gen TYR. Analisa data menggunakan analisis ragam satu arah dan dilanjutkan dengan uji BNT. Sifat kualitatif yang diamati adalah warna bulu coklat muda (CM), coklat tua (CT) dan Hitam (H). Pengamatan sifat kuantitatif meliputi panjang tarsometatarsus (PTM), panjang tibia (PT), panjang sayap (PS), lingkar dada (LD) dan bobot badan (BB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna bulu berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap sifat kuantitatif puyuh, warna bulu H mempunyai sifat kuantitatif sangat nyata lebih tinggi dibandingkan dengan puyuh CM dan CT. Rataan ekspresi gen TYR hasil qPCR dengan nilai tertinggi pada warna bulu H sebesar 2,44 dan diikuti oleh CM 1,73, sedangkan terendah pada CT 2,19. Semakin tinggi nilai kuantifikasi gen TYR maka semakin gelap warna bulu puyuh dan
semakin tinggi nilai sifat kuantitatif ukuran tubuh.

Kata kunci : Gen TYR, warna bulu, ukuran tubuh, qPCR, puyuh

PRODUKSI DAN BERAT TELUR PADA AYAM STRAIN NOVOGEN BERDASARKAN VARIASI WARNA BULU DAN KUANTIFIKASI GEN TYR (TYROSINASE)

Egg Production and Weight of Novogen Strain Chicken Based on Variations of Feather Color and Tyrosinase (TYR) Gene Quantification
Afidhatul Masruroh1) , Mudawamah*1), Inggit Kentjonowaty1)
1) Program Studi Peternakan Universitas Islam Malang
*Correspondent
Author: mudawamah@unisma.ac.id

Submitted 22 Desember 2021, Accepted 30 Desember 2021

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di peternakan ayam petelur strain Novogen milik Bapak Hidayat dan laboratorium Biomolekuler UNISMA. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa perbedaan produksi dan berat telur pada berbagai fase produksi dilihat dari variasi warna bulu dan kuantifikasi TYR. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik melalui studi kasus di peternakan ayam petelur dan analisis laboratoium. Sampel yang digunakan untuk data produksi dan berat telur sebanyak 217 ekor ayam petelur dengan warna bulu yang berbeda (39 ekor ayam warna bulu coklat variasi putih (CVP), 58 ekor ayam warna bulu coklat muda (CM), dan 120 ekor ayam warna bulu coklat tua (CT). Kuantifikasi gen TYR menggunakan 27 sampel bulu ayam petelur (9 ulangan dari masing-masing warna bulu). Variabel yang diamati adalah produksi telur pada tiga tahap berbeda (tahap I: umur 18-28, tahap II: umur 29-36, dan tahap III : umur 37-44 minggu), berat telur pada umur berbeda (U1 : 28, U2 : 36, dan U3 : 44 minggu). Analisis data dengan ragam satu arah dan uji beda nyata terkecil (BNT) dan qPCR dengan primer gen TYR. Hasil penelitian menunjukkan produksi dan berat telur pada berbagai warna bulu berbeda sangat nyata (P<0,01). Rataan tertinggi produksi dan berat telur pada warna bulu CT dan rataan terendah pada warna bulu CM. Di sisi lain berbagai warna bulu mempunyai nilai kuantifikasi gen TYR yang berbeda dengan nilai kuantifikasi warna bulu CT tertinggi yaitu 4,17, warna bulu CVP dan CM berturut-turut sebesar 4,02 dan 1,88. Kesimpulan penelitian ini adalah semakin tinggi nilai rataan TYR maka semakin gelap warna bulu ayam strain Novogen yang diikuti dengan semakin tinggi produksi dan berat telur yang dihasilkan dari berbagai fase produksi.

Kata kunci: Ayam petelur, qPCR, kuantitas telur, warna bulu

PERBANDINGAN KADAR DAN VARIASI FENOTIPE ALBUMIN INDUK BERANAK KEMBAR DAN TUNGGAL PADA DOMBA SAPUDI, DORMAS, DAN SUFFAS

Albumin Comparison of Twin and Single lambing in Sapudi, Dormas and Suffas Ewes
Yudi Hartoyo1), Mudawamah 1*), Sumartono1)
1) Program Pascasarjana Peternakan Universitas Islam Malang, Fakultas Peternakan
Universitas islam Malang, Jl. MT Haryono 193 Malang
*Coresponding Autor: mudawamah@unisma.ac.id

Submitted 22 Desember 2021, Accepted 30 Desember 2021

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kadar albumin dari plasma darah induk domba Sapudi, Dormas, dan Suffas yang beranak kembar (IBK) dan tunggal (IBT). Metode penelitian adalah studi kasus dengan pengambilan sampel dilaksanakan di UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Jember Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. Sampel yang digunakan domba Sapudi dan Dormas dan Suffas. Analisa Albumin dengan menggunakan Bromcresol Green (Albumin Darah),. Analisa data dengan menggunakan SPSS16 ANOVA Single Faktor dan uji lanjut menggunakan LSD (Least Significance Different). Hasil penelitian menunjukkan nilai rataan konsentrasi albumin domba Sapudi kelahiran kembar dan tunggal mempunyai nilai rataan sama hanya pada simpangan baku yaitu 3,83±0,68 g/dL dan 3,83± 0,53 g/dL. Kadar albumin pada bangsa domba Dormas adalah IBK = 4,43±0,92 g/dL dan IBT= 3,78±0,43 g/dL. Domba Suffas mempunyai kadar albumin 5,05±0,72 g/dL (IBK) dan 4,12± 0,66 g/dL(IBT). Berdasarkan uji t tidak berpasangan kadar albumin darah antara induk domba Sapudi, Dormas dan Suffas kelahiran tunggal dan kembar tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P > 0,05). Tetapi dilihat dari nilai rataan
ada kecenderungan kadar albumin induk kelahiran kembar pada domba Dormas dan Suffas lebih tinggi 17,20% dan 22,20%. Sebaliknya berdasarkan variasi fenotipe albumin induk kelahiran kembar lebih bervariasi 8,82-66,15% dibandingkan dengan induk beranak tunggal baik pada Sapudi, Dormas, maupun Suffas. Kesimpulan adalah kadar dan variasi fenotipe albumin induk kembar cenderung tertinggi adalah Suffas, diikuti dengan Dormas dan teredah pada domba Sapudi. Sebaliknya kadar dan variasi fenotipe albumin induk beranak tunggal cenderung tertinggi adalah Suffas, Sapudi dan terendah adalah Dormas. Ini berarti induk domba Sapudi mempunyai potensi fisiologis lebih baik untuk kelahiran kembar daripada domba Suffas dan Dormas. Pengembangan
induk domba Sapudi kelahiran kembar harus menjadi salah satu kriteria prioritas seleksi.

Kata kunci: Domba, albumin, sapudi, dormas, suffas

PHENOTYPE PROFILE OF ONE YEAR BODY WEIGHT AT INDONESIAN LOCAL ETTAWAH GOATS IN FRATERNAL TWINS

Mudawamah 1*, Didik Roihuddin2, Nurul Humaidah2, Zulchaidi2, Sumartono2, and Gatot Ciptadi3
1Postgraduate of Animal Husbandry, University of Islam Malang, Indonesia
2Faculty of Animal Husbandry, University of Islam Malang, Indonesia
3Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University Malang, Indonesia
Corresponding email: mudawamah@unisma.ac.id

Abstract

The purpose of this study was to describe the phenotypic profile of body weight at one yearof male and female came from fraternal twins in Indonesian Local Ettawah Goat (ILEG) or PE Goat. This research method was a case study with data retrieval using purposive sampling with the criteria of male and female fraternal twins. The variables observed were the average and variance of body weight in fraternal twin goats at one year. Data analysed descriptive and unpaired t-test with excel program. The results showed that male goats’ body weight at one year of age was significantly (P < 0.01) higher than that of female goats at fraternal twins. At one year of age, the body weight variance in male goats was higher than that of female goats at fraternal twins. The conclusion was that the phenotype profile of male ILEG goats was more varied, seen from the average and diversity of body weight, which was 15.37% and 52.24% higher than females. This research implies that feeding male goats should be based on body weight, not on age, to increase their potential optimally.

Keyword: PE Goat, twin, variance, body weight

Magister Peternakan Unisma Malang Optimalkan Hasil Produksi Melalui Kajian Gen Tyr pada Unggas

Di tengah pandemi Dosen dan Mahasiswa Program Magister Peternakan Unisma Malang terus berinovasi. Kali ini, inovasinya tercetus melalui penelitian dalam bentuk research group Animal Molecular Genetics, oleh tim yang di ketuai  Dr. Ir. Mudawamah, M.Si  dan beranggotakan Afidatul Masruroh dan Fitriyah.

Dr. Ir. Mudawamah, M.Si , Dosen Magister Pertanian Unisma sekaligus ketua research group menuturkan bahwa kegiatan ini ialah salah satu payung penelitian kajian gen Tyrosinase (TYR) pada unggas sebagai dasar pijakan manajemen pemeliharaan, khususnya pakan. “Selama ini pemberian pakan pada unggas selalu disamakan dan berpengaruh pada hasil produksi,” ujarnya.

Terhalang situasi lockdown, membuat mahasiswa tidak bisa melakukan penelitian jarak jauh. Timbul ide melakukan penelitian tanpa perlu akses keluar kota dan disepakati untuk melakukan penelitian di tempat tinggal masing-masing.

Lebih lanjut, Dr. Ir. Mudawamah, M.Si menuturkan untuk penelitian ini disepakati, Afidaful Masruroh meneliti ternak Ayam Ras Petelur Novogen milik keluarganya di karangploso, Kabupaten Malang. Sedangkan Fitriyah meneliti ternak ras Puyuh Cortunix cortunix japonica di peternakan tempatnya bekerja di SMKN 1 Grati, Pasuruan.

Melalui penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa harus ada manajemen pakan yang berbeda pada ayam ras dan puyuh karena memiliki gen TYR yang berbeda. “Melalui penelitian ini, Gen TYR dapat dibedakan berdasarkan warna bulu. Unggas dengan warna bulu cerah mempunyai gen TYR cenderung rendah. Jadi harus mendapatkan perlakuan khusus dengan memberikan pakan sumber melamin sehingga hasil produksi bisa lebih optimal,” terang Mudawamah, Dosen Magister Pertanian Unisma Malang. Perlu diketahui, hasil penelitian ini telah dipublikasikan dijurnal nasional shinta 3. (*)

sumber